Connect with us

Online Bekasi

Ini yang Dialami Julianto Sebelum Dituduh Order Fiktif Go-Food

News

Ini yang Dialami Julianto Sebelum Dituduh Order Fiktif Go-Food

Online Bekasi – Seorang staf administrasi perusahaan di Jakarta Timur, Julianto Sudrajat dituduh melakukan order fiktif melalui aplikasi ojek online. Sementara, Julianto mengaku dikerjai, sehingga melaporkan seorang perempuan yang diduga menjadi pelaku order fiktif sebenarnya.

Kepada sejumlah awak media di Mapolres Jakarta Timur, Julianto mengaku melaporkan perempuan berinisial A tersebut bukan tanpa sebab. Soalnya, sebelum banyak pesanan “nyasar” ke kantornya atas nama dirinya, Julianto diteror seorang perempuan yang ditolak cintanya.

A merupakan seorang janda yang dikenalnya melalui media sosial sejak tahun 2016 lalu. Kedekatan Julianto dengan A, semakin intensif sejak Mei 2017. A sering curhat melalui akun media sosial, tentang permasalahannya, mulai soal menjanda, hartanya dibawa kabur suaminya.

“Waktu itu saya lewat chat messenger bilang sabar-sabar, jodoh pasti nggak akan ke mana,” kata Julianto.

Merasa ada perhatian, A semakin dekat, komunikasi berlanjut melalui aplikasi WhatsApp. Si A mulai menunjukkan perasaan suka kepada dirinya. Tanpa diduga, akhirnya menyatakan cinta, namun Julianto belum bisa menerima.

Karena itu, Julianto merasa diteror melalui WA mauapun telepon biasa agar menerima. Kalau tidak, A mengancam akan bunuh diri, dengan berbagai cara. Oleh karena itu, Julianto bergegas menerima cinta A agar tidak melakukan tindakan yang konyol.

“Karena mengancam akan bunuh diri, jadi saya turutin,” jelas Julianto.

Merasa sudah menerima cinta, tingkah laku A semakin menjadi, meminta foto kopi KTP, jika tak diberikan akan bunuh diri. Rupanya, fotokopy tersebut disalahgunakan. Julianto dituding berkhianat, bahkan menghamili.

“Saya merasa diteror, makanya saya lapor ke polisi agar masalah ini cepat selesai,” ujarnya.

Selain teror melalui media sosial, diduga A juga meneror melalui ojek online dengan memesan order fiktif makanan yang ditujukan kepada dirinya. Tak tanggung-tanggung, sehari bisa sampai lima kali pesanan makanan, dengan nilai variasi minimal Rp 200 ribu.

“Saya nggak pesan sama sekali, tahu-tahu makanan datang dan harus saya bayar,” katanya.

Hal itu, terjadi pada Rabu (5/7) lalu, di kantornya di kawasan Matraman, Jakarta Timur. Berbagai macam makanan kerap datang dari orderan yang sama sekali tak dipesan.

Perempuan yang dituduh peneror membantah meneror Julianto melalui order fiktif di ojek online. Adapun, kepolisian yang mendapatkan laporan masih melakukan penyelidikan kasus tersebut. (fiz)

Klik untuk komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top