Connect with us

Online Bekasi

Orangtua Driver Ojol, Siswa Dicoret dari Duta Sekolah

News

Orangtua Driver Ojol, Siswa Dicoret dari Duta Sekolah

Online Bekasi – Seorang siswa di SMP Negeri 41, Kota Bekasi, ER, ditunjuk menjadi seorang duta di sebuah kegiatan HUT RI ke-72 di wilayah setempat. Namun, impian itu sirna setelah guru di sekolahnya mencoretnya, karena hanya orang tuanya seorang driver ojek online.

“Di sekolah dipilih dua orang, satu laki-laki, dan satu lagi perempuan,” kata orang tua ER, Taufan kepada Online Bekasi, Minggu (13/8).

Senang bercampur gembira setelah mendapatkan penunjukan tersebut. Menurut guru, kata dia, ketika menjadi duta nanti harus mengenakan pakaian adat dan dirias.

Di hari yang sama, ERA ditanya mengenai latar belakang orangtuanya. Terutama informasi pekerjaan bapaknya. Ia menjawab apa adanya bahwa bapaknya merupakan pengemudi ojek online.

“Setelah tahu informasi latar belakang profesi saya, guru tersebut kemudian mengatakan kepada anak saya mengenai pencoretan namanya. Nama anak saya diganti dengan yang lain tanpa penjelasan apa pun,” cerita Taufan.

Pulang sekolah, ER menangis. Sang ibu kemudian menanyakan ada apa gerangan. ERA pun menceritakan perihal pencoretan namanya dari daftar duta sekolah. ER berkesimpulan namanya dicoret karena bapaknya berprofesi sebagai pengemudi ojek online.

“Anak saya yang mengambil kesimpulan seperti itu, dia kemungkinan tertekan secara psikis. Istri saya akhirnya memberi pemahaman agar anak saya tidak jatuh mentalnya,” kata Taufan.

ER diberi penjelasan oleh ibunya: namanya mungkin dicoret agar kegiatan menjadi duta sekolah tidak membebani bapaknya. Sebab, untuk menyewa pakaian adat dan aksesoris lainnya, mengeluarkan uang tidak sedikit.

“Setelah diberikan pemahaman seperti itu oleh istri saya, anak saya agak lega. Tapi saya tidak tahu apa yang tersimpan di pikirannya. Namanya anak, pasti minder,” cerita Taufan.

Taufan berharap kejadian seperti itu tidak terulang kepada siswa lain. Seorang guru harus lebih hati-hati terhadap psikologis anak, jangan sampai membuatnya merasa terdiskriminasi—apalagi terintimidasi.

“Saya dengar Kota Bekasi punya program menjadi Kota Ramah Anak. Artinya, sebisa mungkin, anak-anak harus mendapatkan perhatian khusus, termasuk psikisnya,” kata Taufan, menutup ceritanya. (fiz)

2 Comments

2 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top