Online Bekasi – Kelompok usaha nasional Lippo (Lippo Group) menawarkan kota baru terpadu berskala internasional, dengan ratusan gedung pencakar langit yang bakal dihadirkan.
Kota mandiri yang diluncurkan pada Mei lalu itu dinamai Meikarta. Banyak orang yang membincangkan, mengapa namanya Meikarta?
Pejabat eksekutif tertinggi atau Chief Executife Officer (CEO) Lippo Group, Dr. James Riady mengaku, nama Meikarta merupakan persembahan untuk Jakarta dan sang mama.
“Mei nama mama Saya, sedangkan Karta adalah sebuah kota, seperti Jaya Karta yang menjadi nama Jakarta. Jadi, ini merupakan kota baru, terobosan baru yang berbeda,” ujar James.
Lippo Group membangun kota baru itu, dengan tujuan utama untuk menyasar pasar kelas menengah. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp. 127 juta/unit apartemen. “Khusus untuk perumahannya, kami membidik segmen kelas menengah,” katanya.
James Riyadi memproyeksikan, kota baru ini akan menjadi kota modern terlengkap baik fasilitas maupun infrastrukturnya. Tujuan pembangunan kota Meikarta adalah mengurangi kepadatan Jakarta.
“Ibu kota Indonesia ini sudah sangat padat dan terbebani cukup besar oleh berbagai masalah. Khususnya, kemacetan di hampir semua ruas jalan,” jelasnya.
Waktu tempuh bagi para pekerja agar bisa sampai kantor dinilai sudah tidak masuk akal. Setidaknya, pekerja mesti menghabiskan empat jam di jalan untuk bisa mencapai kantor dan pulang kembali ke rumah.
“Energi banyak terkuras di jalan berdampak pada turunnya produktivitas. Tak cuma itu, kualitas hidup ikut turun karena tak ada waktu untuk menjalankan hobi dan pertemanan. Bahkan, waktu untuk keluarga tersisa hanya sedikit dalam sepekan,” bebernya.
Sebab itu, Meikarta dirancang oleh konsultan-konsultan arsitektur dan perencana asing dengan harapan dapat bersaing di kawasan regional Asia Tenggara. “Bahkan, kota ini bisa menjadi bagian dari solusi kemacetan, kepadatan, dan tekanan sosial lainnya dari Jakarta,” tandasnya. (fiz/adv)