Online Bekasi.com – Hei, Kamu yang warga Malang, Jawa Timur. Tentunya kangen dong, dengan kuliner asli daerahmu. Sekarang, tak perlu repot-repot untuk pulang kampung yang jauh memakan waktu sehari semalam menggunakan kereta atau kendaraan pribadi maupun pesawat .
Ya, kamu cukup datang ke Summarecon Mal Bekasi, di sana ada Festifal Kuliner Bekasi dengan tema tahun ini mengusung gaya Jawa Timur. Jadi, hampir semua kuliner dari provinsi yang memiliki semboyan Jer Basuki Mawa Beya itu ada di sana.
Artika misalnya, perempuan berkerudung ini datang dari Rawalumbu untuk menyantap Cwie Mie. Makanan khas Malang yang sulit ditemui di Kota Bekasi. Ia datang mengajak keluarga pada Minggu (26/8) malam.
“Ternyata sudah ramai, saking kepenginnya, rela antre,” kata ibu satu anak ini saat berbincang dengan Online Bekasi di sela antre.
Jika di Malang hampir setiap pinggir jalan ada yang jualan Cwei Mie. Baik pedagang kaki lima maupun yang buka di kios-kios. Tapi, di Kota Patriot ini nyaris tak ada. Bahkan, perempuan berusia 25 tahun ini belum pernah menemui di pinggir jalan.
“Ini makanan favorit kalau saya pulang kampung,” kata perempuan asal Turen, Kabupaten Malang ini.
Antre selama 20 menit, rasanya terbayar dengan kenikmatan makanan yang cukup melegenda di daerah yang terkenal dengan klub sepak bolanya itu, Arema. “Rasanya bikin nagih, karena hanya di Malang saja bisa makan ini,” ujarnya.
Pemilik tenant Cwie Mie Malang di Festival Kuliner Bekasi di SMB, Alfira mengatakan, setiap hari bisa menghabiskan 300 porsi mulai dari yang menu biasa hingga komplit. Menurut dia, peminatnya lumayan tinggi.
“Tahun ini merupakan tahun kedua berjualan makanan tradisional di even yang diselenggerakan Summarecon,” kata Alfira.
Ia mengaku sangat mendukung kegiatan tersebut, meskipun hanya setahun sekali. Menurut dia, even ini dapat menjaga kuliner Nusantara. Soalnya, ujar dia, Indonesia kaya dengan kulinernya, sehingga harus dilestarikan dan diperkenalkan kepada generasi milenial maupun turis.
Ia mengatakan, Cwie Mie merupakan makanan khas asli Malang, Jawa Timur. Sudah melegenda sejak puluhan tahun silam. Sekilas, mirip dengan Mie Ayam yang dijual di banyak daerah. Namun, yang membedakan adalah topping. Cwie mie menggunakan ayam cincang halus, sedangkan mie ayam potongan daging ayam masih berbentuk.
Makanan pendamping Cwie Mie menggunakan selada, dan paling mencolok adalah pangsit berukuran besar. Sebagai pelengkap, ada acar timun yang dicampur dengan cabai hijau.
Center Director Summarecon Mal Bekasi, Ugi Cahyono mengatakan, penyelenggaraan FKB ini merupakan tahun keenam. Meski sudah berjalan cukup lama, pihaknya konsisten untuk terus mengeksplorasi variasi kuliner tanah air.
“Tahun ini Jawa Timur kami angkat menjadi tema besar, karena merepresentasikan keberagaman kuliner lokal yang tengah berkembang di tanah air, mulai dari kuliner khas Jawa Timur hingga variasi kuliner kekinian,” kata dia dalam keterangan tertulisnya.
Berlokasi di area parkir barat The Downtown Walk, FKB 2018 mengusung tagline “Weteng Wareg Ati Marem Rek” yang artinya perut kenyang hati senang, sehingga tidak hanya menikmati kuliner lezat tetapi pengunjung juga dapat menyaksikan pertunjukan budaya, arena permainan anak, hiburan musik hingga aksi dari komunitas pencinta hewan.
Sebanyak 15 tenant siap menawarkan variasi menu khas Jawa Timur seperti Raja Rawon, Cwie Mie Malang, Lontong Balap, Sego Pecel Ndeso Mr.J, Sego Resek khas Malang, Bakso Malang dan menu lezat lainnya. Pengunjung dapat menikmati ini sampai dengan 16 September mendatang.
Pengunjung dapat menikimati kuliner di FKB setiap hari mulai pukul 16.00-22 WIB untuk Senin hingga Kamis, sedangkan pada Jumat, dibuka mulai pukul 16.00-23.00 WIB, sementara pada akhir pekan Sabtu-Minggu, serta hari libur nasional dibuka mulai pukul 11.00-23.00 WIB.
“Lokasi FKB seluas 7600 meter, kami desain semirip mungkin dengan budaya dan ciri khas Jawa Timur,” kata dia.
Pada pintu masuk utama ada replika dua buah anyaman kuda yang biasa digunakan pada tarian kuda lumping. Selain itu, replika dua tugu ikonik di Surabaya yaitu Tugu Ikan Sura dan Buaya serta Tugu Bambu Runcing. Dengan adanya tugu itu, maka pengunjung terbawa ke dalam nuansa khas kota pahlawan.
Dengan misi untuk terus melestarikan sekaligus mengedukasi kekayaan kuliner lokal, pihaknya berharap dengan digelarnya kembali FKB akan terus menjadi wahana yang baik bagi para pelaku UMKM untuk mempertemukan langsung antara pembeli dengan pedagang. (adw)