Onlinebekasi.com – Kasus demam berdarah mulai meningkat di Kota Bekasi, Jawa Barat menyusul masuknya puncak musim hujan. Pemerintah setempat pun mulai siaga dengan ancaman wabah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut.
Berdasarkan data ada sebanyak 75 orang positif menderita demam berdarah dengue sepanjang Januari 2019. Sementara pada periode yang sama atau Januari 2018 jumlah penderita penyakit tersebut sebanyak 49 kasus, artinya ada peningkatan hingga 50 persen lebih.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Dezi Syukrawati menjelaskan proses pemberantasan sarang nyamuk melalui fogging. Menurut dia, harus ada syarat-syarat yang dipenuhi sebelum dilakukan pengasapan membasmi nyamuk.
“Yang jelas jika ada kasus yang terlaporkan 1x 24 jam berdasarkan KDRS (Kewaspadaan dini rumah sakit) akan ditindak lanjuti dengan PE (penyelidikan epidemiologi),” kata Dezi ketika dikonfirmasi, Kamis (31/1).
Menurut dia, jika hasil penyelidikan epidemiologi positif ditemukan jentik nyamuk di rumah penderita, maka dilakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Selanjutnya jika perlu, baru dilakukan fogging atau pengasapan.
“Tapi jika negatif maka cukup dengan PSN saja,” ujar dia.
Upaya PSN merupakan langkah pencegahan, terutama pada titik rawan dijadikan sarang nyamuk seperti genangan air. Masyarakat di rumah masing-masing diminta untuk aktif melakukan upaya 3 M plus, yaitu menguras atau membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum dan penampung air.
Kedua menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, dan toren air. Ketiga memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang menularkan demam berdarah.
Lalu untuk tindakan Plusnya, seperti Menaburkan bubuk larvasida (lebih dikenal dengan bubuk abate), menggunakan obat nyamuk, lalu memelihara ikan pemakan jentik nyamuk. (fiz)