Connect with us

Online Bekasi

PT. BBWM Mulai Mengolah Gas Flare

Bisnis

PT. BBWM Mulai Mengolah Gas Flare

Online Bekasi – Direktur Utama PT BBWM Prananto Sukodjatmoko menjelaskan, setelah satatus kepemilikan kilang sepuhnya menjadi hak Perusahaan Daerah, Direksi mengubah pola bisnis dengan hanya bermain di gas terproses. Ini menyusul seluruh aset pada LPG (Liquefied Petroleum Gas) atau Kilang Tambun, hasil kerjasama melalui mekanisme BOT dengan PT Odira Energy Persada, yang membangun kilang gas dengan nilai investasi US$ 15 juta.

Kerjasama dengan PT Odira Energy Persada berlangsung selama 10 tahun terhitung sejak 23 November 2004, dan berakhir pada 23 November 2016 lalu. Kini, kilang LPG Tambun berstatus sepenuhnya milik PT BBWM, dengan pengelolaan mandiri.

“Gas terproses adalah proses pembersihan gas flare, kemudian hasilnya berupa gas bersih dijual kembali ke PT Pertamina,” katanya, Jumat (8/12).

Adapun, gas flare adalah gas yang didapat dari proses ekpslorasi minyak bumi, gas ini ikut terangkat saat minyak diambil dari dalam perut bumi.

“Lebih baik kayak begitu dari pada kita bertahan di jual beli putus karena penyerapan di hilir kurang baik saat ini, lebih baik kita balikin gas bersihnya untuk dibeli kembali Pertamina. Itu lebih menguntungkan di mana pendapatan kita bisa naik minimal 10 persen,” terang Prananto.

Seperti diketahui sebelumnya, kapasitas produksi kilang LPG Tambun sempat alami penurunan karena beberapa faktor. Penyebab dominan adalah faktor ekternal dengan prosentase 80-90 persen mempengaruhi penurunan produksi seperti harga minyam dunia anjlok.

Prananto memaparkan, pada 2014 harga minyak di tingkat dunia mencapai USD 100 per barel, tetapi mulai bulan Juni pada tahun yang sama anjlok menjadi USD 50 per barel. Kenaikan hanya sempat terjadi pada bulan Mei 2015 menjadi 61 USD per barel.

Harga minyak dunia itu mempengaruhi harga propane butane atau bahan dasar elpiji, ikut turun pada periode yang sama. Awalnya harga propane butane sebesar USD 1.000 per ton, turun menjadi USD 400 per ton, bahkan pada periode Juli 2016 hanya ada pada kisaran USD 200 per ton.

Penyebab lain dari penurunan produksi elpiji di Kilang Tambun adalah, volume gas flare dari Kilang Tambun dan Pondok Tengah berkurang. Sampai hari ini, volume gas frale dari dua kilang tersebut sebanyak 30 kaki kubik, turun dari volume tahun tahun sebelumnya sebanyak 72 kaki kubik. Adapun jatah untuk PT BBWM yang diolah menjadi elpiji hanya 7-8 kaki kubik.

“Adapun pengaruh internal yang 10-20 persen mempengaruhi produksi itu karena kondisi kilang setelah diterima dari PT Odira kurang layak karena terdapat beberapa bagian penting mengalami kerusakan. Seperti kompresor, sehingga harus dilakukan perbaikan,” kata dia.

Di tengah tantangan produksi migas yang besar, Direksi PT BBWM masih mampu memberikan PAD yang besar. Selama periode 2006 hingga 2016, PAD yang telah dihasilkan dan disetorkan ke kas daerah Kabupaten Bekasi mencapai Rp 268 miliar. (fiz)

Continue Reading
Baca juga...
Klik untuk komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top