Connect with us

Online Bekasi

Wacana Operasional Bajaj di Kota Bekasi Ditentang

News

Wacana Operasional Bajaj di Kota Bekasi Ditentang

Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Kota Bekasi, Renold Tambunan, menolak wacana pemerintah setempat yang akan mengoperasikan angkutan jenis bajaj di lingkungan perumahan.

“Pengoperasian bajaj tidak tepat, sebagai alat transportasi lingkungan,” kata Renold, Kamis (06/10/2016).

Alasannya, kata dia, bukan tidak mungkin bajaj akan beroperasi ke jalan raya meskipun pemerintah berencana membuat regulasi yang mengatur bajaj hanya di lingkungan pemukiman maupun perumahan. “Kalau sudah melebar ke jalan raya, lalu lintas kendaraan akan semakin semwrawut, seperti di Jakarta,” kata Renold.

Mestinya, kata dia, pemerintah merapihkan transportasi yang ada dengan menyelaraskan trayek agar tak ada yang bersingunggan. Selain itu, menyinergikan dengan program penyelesaian kemacetan lalu lintas, seperti peremajaan angkutan yang sudah uzur dari tiga menjadi satu dengan kapasitas yang sama. “Bukan malah menambah dengan bajaj yang justru menambah volume angkutan,” kata Renold.

Sementara itu, sejumlah warga perumahan menolak rencana pemerintah mengoperasikan bajaj. Alasannya, dengan adanya bajaj tersebut volume jalan semakin sempit. Soalnya, body angkutan roda tiga itu tiga kali lebih besar ketimbang sepeda motor. “Kalau di lingkungan lebih baik menggunakan sepeda motor,” kata warga Perumnas III, Bekasi Timur, Hari Fauzan.

Hal yang sama juga diungkapkan, Yusnilaningsih, 27 tahun. Menurut warga Perumahan Pondok Mitra Lestari, Jatiasih itu angkutan yang ada sudah cukup. Bahkan, kalau bisa dikurangi agar tak menimbulkan kemacetan. Ia menolak bajaj dengan alasan sudah ada transportasi online yang lebih memudahkan warga perumahan memperoleh angkutan. “Semakin ramai angkutan saja, ojek online sudah cukup,” kata dia.

Sejumlah tukang ojek pangkalan juga menolak. Alasannya, sejak adanya operasional ojek online, pendapatan setiap hari semakin menurun. Tukang ojek keberatan dengan kehadiran bajaj di lingkungan perumahan, karena akan menurunkan omset. “Sekarang mencari Rp 20 ribu sehari susah, ditambah lagi ada bajaj,” kata tukang ojek di Perumnas II, Kayuringin. (bas)

Continue Reading
Baca juga...
Klik untuk komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top