Connect with us

Online Bekasi

Global Hunger Index: Ketahanan Pangan Indonesia Terus Menguat

News

Global Hunger Index: Ketahanan Pangan Indonesia Terus Menguat

ilustrasi

Jakarta, OB.com – Situs resmi Global Hunger Index (GHI) merilis bahwa tingkat kelaparan dan kekurangan gizi di dunia mengalami penurunan yang cukup signifikan, yakni sebesar 28,6 persen pada tahun 1999 menjadi 9,9 persen. Angka tersebut dikumulatif sejak riset ini dibuat pada tahun 2000 lalu.

Dalam laporannya, Indonesia tercatat mendapat skor 20,1 yang berarti masuk dalam kategori serius karena dari 117 negara yang tercantum, Indonesia menempati peringkat ke 70.

Masih pada laporan GHI, ada tiga kategori yang dipakai dalam melakukan riset. Kategori pertama adalah kategori rendah yakni kurang dari 9,9. Kemudian kategori moderat yakni 10-19,9. Lalu ada kategori serius 20-34,9, kategori mengkhawatirkan 35-49,9 dan sangat mengkhawatirkan lebih dari 50.

Sejak tahun 2005, indeks kelaparan di Indonesia terus mengalami penurunan dari 26,8 menjadi 24,9 di tahun 2010. Angka tersebut kembali turun pada tahun 2019 yakni sebesar 20,1.

Dengan laporan tersebut, maka dapat diindikasikan bahwa ketahanan pangan di tanah air mengalami peningkatan alias terus membaik.

Mengenai hal ini, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri, menyampaikan bahwa ada berbagai upaya yang tengah dilakukan pemerintah, khususnya Kementan dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional.

“Salah satunya adalah dengan menyediakan sarana prasarana produksi, yakni alat mesin pertanian dan mesin mekanisasi lainya. Kemudian kami juga tengah menggencarkan gerakan percepatan tanam di seluruh Indonesia,” ujar Kuntoro, Jumat, 19 Juni 2020.

Kementan juga mengajak masyarakat Indonesia untuk melakukan gerakan tanam melalui konsep family farming. Sebab hanya dengan cara itu, kebutuhan pangan secara mandiri bisa meningkat dan mendukung gerakan yang lebih besar lagi yaitu optimalisasi lahan pertanian.

“Intinya setiap keluarga bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Masyarakat bisa membangun pertanian keluarga seperti memanfaatkan lahan kosong dan pekarangan rumah,” katanya.

Kuntoro menjelaskan, konsep family farming mampu menghasilkan olahan pangan tradisional sebagai makanan alternatif masyarakat indonesia saat suasana pandemi seperti sekarang ini. Bahkan, bahan-bahan hasil panen yang ada bisa diolah menjadi aneka kuliner khas Nusantara dan diversivikasi pangan yang sangat kaya sebagai warisan yang harus dijaga.

“Ternyata, makanan berbahan dasar sagu, jagung, umbi dan sayuran adalah bahan dasar yang sejak dulu dijadikan olahan menarik terutama pada saat hari raya lebaran. Jadi, selalu ada hidangan pangan tradisional yang khas untuk disantap bersama,” katanya.

Terkait hal itu, kata Kuntoro, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam beberapa kesempatanya meminta agar masyarakat terus mengembangkan makanan lokal secara masif. Dia berharap dengan cara ini konsep family farming berkembang secara baik.

Sebagai infirmasi, Global Hunger Index adalah laporan tahunan peer-review, yang diterbitkan bersama oleh Concern Worldwide dan Welthungerhilfe dan dirancang untuk mengukur serta melacak kelaparan secara komprehensif di tingkat global, regional, dan negara.

Adapun skor GHI sendiri dihitung setiap tahun untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam memerangi kelaparan. GHI dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang perjuangan melawan kelaparan. Sedangkan skor GHI menggabungkan empat komponen indikator. Pertama kekurangan gizi, pemborosan anak, pengerdilan anak, dan kematian anak. (fiz)

Klik untuk komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top