Connect with us

Online Bekasi

Ribuan Massa FBR Padati Pantai Ancol Gelar Milad ke-22

News

Ribuan Massa FBR Padati Pantai Ancol Gelar Milad ke-22

Walaupun FBR hanya sebuah organisasi massa lokal, namun gerak langkah dan gayanya secara perlahan membuat keberadaannya diakui secara nasional, bahkan dunia.

Onlinebekasi.com – Forum Betawi Rempug (FBR) gelar acara milad ke-22, dengan tema “Merawat Tradisi dan Kebhinekaan Membangun Semangat Kebangsaan”. Acara tersebut digelar di Pantai Festival Ancol, Jakarta Utara pada Sabtu (29/07/23).

Hadir para tokoh FBR, Imam Besar Forum Betawi Rempug (FBR) se-Jabodetabek, KH. Lufi Hakim, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi, sekaligus Ketua GARDA MUDA FBR Kota Bekasi, Arif Rahman Hakim, serta ribuan anggota FBR.

“Kerempugan yang baru harus tetap menjaga semangat kebangsaan, menjaga tradisi, dan merawat kebhinnekaan di Jakarta. Kerempugan tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya semangat kebangasaan, silaturahmi budaya, dan interaksi sesama anak bangsa,” ujar Imam Besar Forum Betawi Rempug (FBR) se-Jabodetabek, KH. Lufi Hakim di Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (29/07/23).

Di tempat yang sama, Ketua GARDA MUDA FBR Kota Bekasi, Arif Rahman Hakim mengatakan, bakal tetap mengawal NKRI bersama Nahdlatul Ulama (NU) demi keutuhan bangsa Indonesia.

“Kami bersama NU siap mengawal bangsa dan negara,” tegas pria asal Betawi Kaliabang Bungur, Bekasi tersebut.

Sekedar informasi dikutip dari berbagai sumber, Forum Betawi Rempug (FBR) terbentuk tanggal 29 Juli 2001 bertepatan dengan 8 Rabiul Tsani 1422 Hijriyah. Dua Kyai Betawi sebagai pioner FBR yakni, Kyai Fadloli El Muhir dan Kyai Lutfi Hakim.

Selain itu ada beberapa agamawan muda Betawi di Pondok Pesantren Yatim Zidatul Mubtadi’ien, Cakung, Jakarta Timur yang ikut mendukung lahirnya ormas betawi tersebut.

FBR lahir berangkat dari suatu keperihatinan terhadap nasib dan masa depan masyarakat Betawi yang secara struktural dan kultural menjadi terasing dan terpinggirkan di kampung halaman sendiri.

Gerak perjuangan FBR berlandaskan kepada keikhlasan, kebersamaan, dan tanggung jawab moral terhadap masyarakat di sekitarnya yang tersisih dan termarginalkan akibat pembangunan ekonomi yang tanpa kompromi.

Para pendiri FBR merasa pembangunan tersebut tidak melibatkan kaumnya. FBR melalui program-programnya berusaha ingin membawa perubahan ke arah yang lebih baik, berdaya guna dan bermartabat.

Sehingga ke depan orang Betawi bisa menjadi tuan rumah di kampungnya sendiri melalui kompetisi secara profesional dan proporsional.

FBR lahir di tengah komunitas sosial masyarakat yang heterogen di Ibu Kota Negara Jakarta, karena seluruh suku bangsa berinteraksi dalam gerak masyarakat yang cepat

Sebab itu, kemajemukan yang menjadi ciri khas penduduk Jakarta dianggap harus menjadi asset utama dalam pembangunan ekonomi dan pembangunan moral.

Masyarakat Betawi sebagai warga inti Jakarta memiliki banyak tantangan dalam mengembangkan dirinya di tengah masyarakat yang majemuk, baik di bidang politik, sosial budaya, ekonomi, agama dan lain sebagainya.

Sehingga lahirnya FBR diharapkan masyarakat Betawi dapat menyalurkan aspirasi, mengaktualisasikan diri dan mengembangkan potensi tanpa harus menyisihkan etnis lain yang kebetulan hidup berdampingan di bumi Betawi.

Semenjak FBR berdiri, muncul keinginan kuat kaum Betawi dan para simpatisan di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, untuk bersatu dan peduli.

Dengan menyatukan potensi dalam kebersamaan, FBR berani tampil menjadi fungsi kontrol terhadap ketidak adilan dalam segala aspek kehidupan di tengah masyarakat, berbangsa dan bernegara, baik di bidang politik, hukum, ekonomi dan moral.

FBR dengan visi misi dan program-programnya, jelas ingin menjunjung tinggi harkat dan martabat kaumnya di tanah kelahirannya sendiri sebagai tujuan akhir, yakni berupa kesejahteraan kedamaian terhadap para anggotanya. serta para simpatisan yang peduli ingin memajukan dan membesarkan FBR.

Walaupun FBR hanya sebuah organisasi massa lokal, namun gerak langkah dan gayanya secara perlahan membuat keberadaannya diakui secara nasional, bahkan dunia.

(D.Rosyadi)

Klik untuk komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top